Si Bungsu Masuk Pesantren, Ibu yang Berat Hati

9 Juni 2016
Wajahnya terlihat gugup saat pendaftaran
Tadi pagi kelewatan Sholat Subuh, Astaghfirullahal 'Azhiim, itu karena malamnya aku ga bisa tidur, teringat someone, haddeh. Paginya aku dibangunkan Ibu, ceritanya hari ini memang mau ngantarkan adik bungsu 'Ariq Fakhrizan untuk mendaftarkan diri masuk ke Pondok Pesantren Darussalam Gontor 14, tepatnya terletak di Kecamatan Sungai Mandau, Siak.

Aku siap siap ala Blank yang sederhana dan peralatan adik dari malam tadi udah dipacking, jadi tinggal berangkat, kami berangkat dua motor, aku sama sibungsu Ayi sama Ibu, kami pergi lewat Kampung Buatan I, seumur umur aku baru kali ini menginjakkan kaki di Buatan I, memang aku tinggal di Buatan II tapi aku tak pernah tahu, Buatan I nya ada dimana. Kami lewat belakang karena kata Bapak teduh, jalannya udah dikasi tahu sama sibungsu, setelah sampai ke penyebrangan kami langsung nyebrang pakai sampan ke Sungai Mandau. Sampai di Kampus Gontor 14 kami langsung mendaftar, aku yang nulis diformulir, yaa anak sulung harus ngerti sama yang gitu gitu, soalnya insyaallah akan jadi pengganti bapak jadi tulang punggung keluarga Aamiin.

Setelah selesai pengisian formulir, terus adik di tes lisan, tentang do'a do'a, hafalan ayat ayat pendek, dan juga tajwid dalam membaca Al-Qur'an, aku rasa adik bisa, soalnya dirumah sudah diajarkan. Kata Ustadz nya "Ini untuk menentukan kelompok belajarnya", Oh mungkin kalau adik kurang bisa nanti dikasi kelompok yang bisa, kalau adik bisa mungkin satu kelompok sama yang kurang bisa biar sama sama bisa belajar, gitu kali ya??

Setelah selesai Ujian lisannya, adik diantarkan ke Asrama, untuk dikarantina dulu, ibarat di STMIK Amik Riau(itu kampus aku) ada PKK(Pengenalan Kehidupan Kampus). ya kali kayak ospek dia disitu, sebelum pulang Ibu memeriksa semua perlengkapan adik, apa yang terkurang apa yang terlebih, dan tak lupa pula memberikan nasihat nasihat. Setelah semuanya selesai, barulah kami pulang dan harus meninggalkan dia hidup mandiri di Pondok Pesantren.

Saat saat meninggalkan adik kami berpelukan ibaratnya ngasih salam perpisahan, tak jauh dari Asrama, Ibu menitikkan air mata, seakan belum rela sibungsu hidup sendiri, aku langsung memalingkan muka, gila aja jika kutatap lebih lama nantik aku yang ikutan nangis, dari kecil kami dididik dengan cinta dan kelembutan, jadi hati kami ini sensitif *ya gitu*. Terbayang sama Ibu nantik adik buka puasa gimana?? tidurnya gimana?? mandinya gimana?? Yaa namanya juga anak bungsu, apalagi diumur segitu udah harus jauh dari orangtua, adik memang agak berantakan orangnya, abis mandi handuk letak sembarangan, bangun tidur tempat tidurnya tak dirapikan, mungkin itu yang dirisaukan oleh Ibu.

Setelah airmata Ibu reda barulah kami pulang, semoga adik bisa jadi lebih mandiri, jadi rajin sholat, sesuai dengan apa yang diharapkan.

By Blank

No comments:

Post a Comment